Jumat, 08 Maret 2013

PKS : Pemberantasan Narkoba Harus Jadi Gerakan Nasional

Jakarta (8/3) Wakil Ketua Komisi III DPR RI dari Fraksi PKS, Almuzzammil Yusuf memiliki harapan besar kepada Badan Narkotika Nasional dalam pemberantasan narkoba di Indonesia. Menurutnya, dampak penyalahgunaan narkoba lebih berbahaya dibandingkan kejahatan korupsi dan terorisme. Jadi BNN harus menjadikan pemberantasan narkoba sebagai gerakan nasional.
"Saya punya harapan besar dengan BNN. Jika kita bandingkan kejahatan terorisme, korupsi dan narkoba. Menurut saya paling bahaya adalah narkoba, karena narkoba menyerang nyawa, fisik, mental, dan akal para pecandunya serta merupakan kejahatan mafia internasional." ujar politisi PKS ini saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama BNN di Komplek Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (7/3/2013).
Muzzammil menjelaskan Korban narkoba saat ini sudah mencapai 4,5juta orang, mayoritas anak-anak dan remaja. Jumlah kerugian secara materil mencapai 48 Triliun per tahun. Untuk itu, politisi PKS asal Lampung ini meminta BNN lebih serius dan menjadikan pemberantasan narkoba sebagai gerakan nasional.
”Kami menantang BNN agar bekerja lebih keras untuk menjadikan pemberantasan narkoba menjadi gerakan nasional yang massif dengan melibatkan pejabat negara, parpol, LSM, akademisi, mahasiswa, ulama, dan tokoh masyarakat.” tegasnya.
Untuk itu Muzzammil mempertanyakan dukungan anggaran dan legislasi yang dibutuhkan untuk mendukung gerakan tersebut. "Berapa anggaran yang dibutuhkan BNN? Yang harusnya lebih besar dari KPK dan Densus. Dengan visi ASEAN 2015 bebas narkoba, dukungan anggaran dan legislasi seperti apa yang bisa DPR berikan untuk mendukung gerakan pemberantasan narkoba yang dipimpin oleh BNN?," tanyanya.
Muzzamil pun kemudian membandingkan kinerja BNN dengan kinerja badan intelejen negara lainnya, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang berhasil menangkap koruptor dengan strategi penyadapannya, dan juga Detasemen Khusus (Densus) 88, yang berhasil melumpuhkan teroris dengan serangannya di tempat yang berbeda-beda di wilayah Indonesia..
"Kinerja KPK dengan penyadapan sudah terpublish luar biasa di media dengan menangkap para koruptor di kalangan pejabat negara. Densus 88 dengan penyadapan juga sangat luar biasa berantas teroris dengan cara menangkap orang-orang di tempat yang tersebar. Kenapa BNN terlihat lebih senyap?" ujar politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Menurut Muzzammil, seharusnya semua bandar narkoba di lembaga pemasyarakatan bisa segera dibongkar dengan cepat melalui penyadapan yang dilakukan oleh tim intelijen BNN terhadap mereka. “Tapi kenapa BNN terlihat sulit melacak pengedar narkoba di lembaga pemasyarakatan?” tanyanya.
Sebenarnaya Muzzammil berharap dengan penyadapan yang telah dilakukan oleh BNN selama 3 bulan terhadap Raffi Ahmad dapat memberikan kejutan kepada publik dengan membongkar mafia besar pemasok barkoba di kalangan artis dan anak muda.
“Saya berharap dengan terungkapnya kasus narkoba yang melibatkan Raffi ini, BNN dapat mengetahui sumber utama atau gembong narkoba yang selama ini memasok kepada para artis dan anak-anak muda. Tapi ternyata yang diungkap hanya para pemakai saja. Dari sudut ini kerja penyadapan BNN kurang sukses karena belum sampai menyadap bandarnya. ”tegasnya.

0 comments:

Posting Komentar